Take a Drink Together (Chapter 3)

take-a-drink-together

 

Take a Drink Together

presented by pearlshafirablue

staring by Do Kyungsoo [EXO-K] – Kim Taeyeon [GG]

| Romance, Action, slight!Mystery | Teen | Chaptered [3 of ?] |

All of the characters are God’s and themselves’. They didn’t gave me any permission to use their name in my story. Once fiction, it’ll be forever fiction. I don’t make money for this.

Previous Chapter
Prolog . 1 . 2

A/N
Age manipulation!

-o0o-

            Tuk… tuk…

Jari lentik gadis itu terus mengetuk meja kayu ulin yang berdiri indah di sampingnya. Matanya menatap tajam sosok manusia lain di hadapannya. Bibirnya masih terkatup rapat. Mendengarkan setiap abjad yang keluar dari mulut sosok itu. Ia mendengarkannya sambil sesekali mengelus surai merah yang menjuntai indah di pundak lebarnya.

And once again, I ask you. Why did you dare to do this?”

Ruangan remang yang hanya diterangi seberkas sinar matahari senja itu kembali sunyi. Hanya terdengar alunan lagu opera dari ruang sebelah. Sosok yang bersangkutan itu hanya bisa diam. Tidak berniat membuka mulutnya sama sekali.

Don’t you understand?! We never had a joke here!” Lengkingan seorang gadis ternyata berhasil membuat ruangan itu kini menjadi berisik. Pantulan suara gadis itu terdengar sangat menusuk telinga. Tetapi sosok itu tetap diam.

Unnie?” Tiba-tiba terdengar suara lain di ruangan itu. Gadis bersurai merah dan sosok bisu tadi menoleh ke arahnya. Seorang gadis lain berdiri di ambang pintu. “Sudah waktunya makan malam.”

Yang bersangkutan, hanya diam di tempat. Ia menatap sebentar ke arah sosok lemah di sampingnya, dan kemudian menjawab, “okay. I’ll go later.”

Gadis berambut blonde yang tadi berdiri di depan pintu hanya mengangguk kecil dan mulai berjalan meninggalkan ruangan tersebut. Tapi mendadak tubuhnya berhenti saat sebuah suara memanggilnya.

Hey! You! Miss blonde!” Ternyata suara gadis rambut merah tadi. “Jangan berikan anak ini makan. He made me sick.”

Gadis blonde dengan iris madu itu membulatkan kedua matanya terkejut. “Bu-but, unnie... He can—

Do not deny my command! Lakukan apa yang kuperintahkan!” Bentak gadis itu berkobar-kobar. Ia menyingkap rambut merahnya yang menutupi sebagian penglihatannya. Ia memicingkan matanya ke arah sosok yang disebut-sebut tadi. Tatapan iris hazel itu terasa sangat tajam dan menusuk.

“Ba-baiklah.” Gadis blonde akhirnya menyerah. Ia menutup pintu ruangan dan segera pergi dari ruangan tersebut.

Surai merah kembali mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja ulin. Ia memandang ke arah sosok bisu yang daritadi hanya menunduk ke bawah. Gadis keturunan Amerika-Korea ini mendekatkan wajahnya pada sosok tersebut.

You’re just lucky today.”

-o0o-

            Taeyeon menutup matanya perlahan.

Sejurus kemudian tubuhnya berguling ke samping. Gulingnya ia peluk dengan erat.

Disusul dengan erangan kecil yang keluar dari mulutnya, akhirnya gadis bersurai coklat itu terbangun.

Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sesaat. Ia mengarahkan tatapannya ke arah sebuah jam weker kecil di atas meja nakas. Pukul 23.00 KST. Dan ia belum juga menutup matanya.

Taeyeon menghela nafas berat. Pikirannya berkecamuk. Banyak kejadian aneh yang akhir-akhir ini tidak bisa ia telaah. Ia beranjak dari tempat tidurnya, berjalan keluar kamar tanpa suara.

Hanya dengan bekal ponsel dan uang secukupnya, Taeyeon berjalan keluar rumah. Inilah kebiasaannya setiap terserang insomnia. Berjalan-jalan di sekitar kompleks atau mampir ke warung ramyeon kecil milik Jessica Jung—tetangganya sejak lama yang kini sudah menikah muda dan menjadi ibu rumah tangga—yang buka 24 jam. Ia memutuskan untuk ke sana.

Banyak hal yang tidak bisa ia tafsirkan saat ini. Entah kenapa sosok Do Kyungsoo sering sekali memenuhi kepalanya. Ia masih berpikir bahwa Kyungsoo tahu sesuatu tentang kecelakaan Joonmyun.

Atau mungkinkah ia penyebabnya?

Taeyeon mengusir pikiran negatif tadi jauh-jauh dari benaknya. Tidak mungkin. Kendati Kyungsoo misterius, ia yakin tidak ada motif yang bagus bagi Kyungsoo untuk membuat Joonmyun kecelakaan. Joonmyun tidak pernah cari masalah dengannya. Begitupula sebaliknya.

Akhirnya Taeyeon sampai di kedai ramyeon Jessica. Ia masuk perlahan, “Jessica unnie! Aku datang lagi!”

Tidak ada jawaban. Semilir angin malam menerbangkan tirai-tirai kedai tersebut. Menambah kesan mencekam.

Tapi Taeyeon tidak peduli. Ia sudah sering keluar semalam ini. Ia masuk ke dalam dapur.

Unn—”

Perkataan Taeyeon terhenti.

“Kim Taeyeon?!” Seorang pria dengan kaos hitam dan celana jeans menyerngitkan dahinya tatkala menyadari kehadiran Taeyeon. Gadis di sebelahnya memandang Taeyeon dan pria itu bergantian.

“Do Kyungsoo?” Ya, Do Kyungsoo. Lagi.

“Wow, kalian saling kenal?” Mendadak suara seorang wanita melelehkan suasana. Itu Jessica Jung. Lengkap dengan night dress-nya, ia mendekati Taeyeon yang masih termangu di depan pintu.

Unnie, dia siapa?” Tanya Taeyeon seraya menoleh ke arah ibu rumah tangga itu. Tangannya menuding ke arah Kyungsoo yang berdiri 5 meter darinya.

“Aku Do Kyungsoo, siapa lagi?” Yang dibicarakan memotong.

“A-aku tahu, maksudku sedang apa kau disini?” Taeyeon menautkan kedua alisnya. Telunjuknya masih tegak lurus ke arah Kyungsoo.

Akhirnya Jessica menjelaskan, “ya, ini Do Kyungsoo. Dia hoobae-nya Kris saat sekolah menengah. Aku dan Kris cukup akrab dengannya.”

“Lantas? Apa yang dia lakukan disini?” Taeyeon butuh penjelasan lebih.

Di saat yang sama, Kyungsoo tampak tidak peduli dengan Taeyeon maupun Jessica. Ia kembali memunggungi mereka—melanjutkan makannya. Pertanyaan Taeyeon membuatnya sedikit pusing. Ia tidak ingin mendengar jawaban dari noona-nya.

Jessica yang menyadari hal itu akhirnya menuntun Taeyeon ke dalam rumahnya. Mereka berdua duduk berhadapan di sofa ruang tamu. Taeyeon kembali menatap Jessica—meminta penjelasan.

“Dengar, ini mungkin sedikit rumit.” Jessica memulai, “ibu dan ayah dari Kyungsoo sudah meninggal…”

“A-apa?!” Jantung Taeyeon serasa dituntut untuk bekerja lebih keras.

“Ya. Kini, ia diadopsi oleh 2 orang wanita kaya—yang katanya—adalah rekan kerja orangtuanya. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti kenapa ia mau. Padahal aku dan Kris sama sekali tidak keberatan menerima dia disini. Tetapi dia bilang kedua noona-nya itu dipesankan oleh orangtuanya untuk mengasuhnya…”

“—dan yang mengherankan, terkadang Kyungsoo datang kesini dengan keadaan yang sangat-sangat parah, perutnya kosong dan pinggiran matanya menghitam, atau kadang dengan pelipis yang lebam, bibir robek dan berdarah…”

“A-apa kedua noona-nya yang membuatnya seperti itu?” Taeyeon memotong.

Jessica mengedikkan bahunya ragu, “jujur, aku sendiri tidak tahu, Taeyeon. Ia tidak pernah bercerita apa-apa. Aku dan Kris sangat prihatin dengan keadaannya. Dan baru tadi Kyungsoo datang kesini dengan perut kelaparan. Ia bilang ia belum makan sejak tadi sore. Dan tentu saja, tanpa membayar sepersenpun aku memberinya ramyeon buatanku yang tidak seberapa.”

Taeyeon menatap asbak putih di atas meja tamu dengan pikiran kosong. Ia tidak pernah menyangka seburuk ini keadaan Kyungsoo. Kehilangan orangtua diusia dini, disiksa oleh orangtua tiri… sungguh ia tidak habis pikir. Ia harus bisa menjadi teman yang baik untuk Kyungsoo. Ya, ia harus.

Tunggu sebentar. Noona?

Apa itu mungkin wanita bule yang ditemuinya sore tadi?

“Dan, omong-omong, apa yang kau lakukan disini?” Jessica membuyarkan lamunannya.

“Tidak ada. Hanya ingin makan ramyeon enak buatan unnie. Aku tidak bisa tidur lagi.” Jawab Taeyeon sekenanya. Tatapannya kini beralih ke arah Jessica. “Apa unnie pernah bertemu dengan noona-nya Kyungsoo?”

Jessica memicingkan matanya—berusaha mengingat. “Kurasa pernah, sekali. Tapi hanya salah satu noona-nya. Ia menjemput Kyungsoo saat luka di betisnya kuobati. Gadis itu kelihatan seperti orang asing—bukan orang Korea. Rambutnya ikal panjang sebahu, blonde. Tetapi tidak sesuai dengan bayanganku, wanita itu ramah sekali. Ia masuk dengan salam, membungkuk, tidak seperti orang luar biasanya. Dan Kyungsoo juga terlihat tidak tegang. Ia menyapa noona-nya itu dengan senyum, tanpa kelihatan cemas atau takut. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti.”

Taeyeon kembali larut dalam pikirannya. Tiba-tiba kejadian sore tadi terputar kembali. Ia buru-buru menoleh ke arah Jessica. “Eum, unnie? Apa orangtua Kyungsoo itu seorang polisi?”

Jessica menyerngit, “bukan. Seingatku orangtua Kyungsoo adalah ilmuwan. Keduanya sama-sama memiliki masa jayanya. Mereka bekerja untuk sebuah organisasi asing yang meracik obat-obatan. Hanya itu yang bisa kuingat.”

“Terus? Bagaimana Kyungsoo bisa memiliki pistol?” Taeyeon refleks berkata. Sepersekian detik kemudian ia baru sadar apa yang diucapkannya.

“Pistol? Kyungsoo memiliki pistol?” Jessica menautkan kedua alisnya—heran.

Taeyeon buru-buru mengelak, “ah, bukan apa-apa. Aku hanya sedang memikirkan sesuatu.”

Tiba-tiba pintu ruang tamu dibuka. Pandangan kedua gadis itu langsung mengarah kesana, “noona, aku sudah selesai. Terimakasih atas ramyeon dan segalanya.”

“Kau akan pulang, Kyungsoo?” Jessica dan Taeyeon berdiri. Mereka berdua menatap Kyungsoo. “Kau pulang naik apa?”

“Ah,” Kyungsoo mendesah. “Aku kesini berjalan kaki. Noona-ku tidak tahu aku pergi. Jadi tidak mungkin aku membawa kendaraan.”

Jessica membulatkan matanya, “jalan kaki? Jarak darisini ke rumahmu 2 kilometer, Kyungsoo! Apa kau gila? Ini sudah terlalu malam. Lebih baik kau menginap saja.”

“Tidak, noona. Terimakasih. Noona-ku di rumah akan marah sekali. Apalagi aku pergi tanpa izin.” Wajah Kyungsoo yang biasanya tanpa ekspresi itu kini terlihat sedikit cemas. Jessica dan Taeyeon menyadari hal itu. Mereka bertemu pandang. Mereka berdua tahu apa akibatnya jika noona Kyungsoo marah.

“O-oke. Lebih baik aku bangunkan Kris dan menyuruhnya untuk mengantarmu—”

“Tidak perlu, noona. Sungguh, aku bisa sendiri. Aku tidak ingin mengganggu tidur hyung. Kalian berdua sudah banyak membantuku.” Ucap Kyungsoo. Ia perlahan mundur, “kalau begitu, aku pulang dulu.”

“Tunggu!” Sekonyong-konyong Taeyeon berseru. Ia beringsut perlahan ke arah Kyungsoo.

“Ada apa?”

“Aku tidak pernah membantumu. Kebetulan rumahku hanya beberapa blok dari sini. Aku bisa mengendarai motor. Apa kau tidak keberatan jika kuantar?” Taeyeon menyadari bahwa tawarannya membuat situasi menjadi kaku, “ah, aku tidak bermaksud apa-apa. Hanya saja… untuk mengantisipasi, agar kau tidak dimarahi noona-mu?”

Keadaan hening sejenak. Jessica melotot ke arah Taeyeon. Ia tidak menyangka Taeyeon akan menawari Kyungsoo tumpangan. Padahal jika pergi ke sekolah, Taeyeon sering menumpangi Kris—yang juga akan berangkat kerja.

Kyungsoo diam untuk beberapa saat. Taeyeon menunggu responnya.

Dan akhirnya, sebuah anggukan kecil dari Kyungsoo, menjawab semua pertanyaan.

.to be continued.

 P.S
Waaah akhrinya sudah sampe sini! Maaf ya, sebenernya aku udah lama banget selesai nulis chapter ini cuma lupa publish-_- chap4 lebih cepet deh rilisnya! Okedeeeh thanks ya! DON’T FORGET TO DROP YOUR COMMENT!

9 thoughts on “Take a Drink Together (Chapter 3)

  1. huah.. saya first lagi, jadi terharu.. *lebay deh*
    kya’y Kyungsoo-oppa menderita bgt 😦 eonn Kyungsoo-oppa nya jangan diapa-apain ya #emgnya mau diapain?!# hehehe 😀

    lanjutkan eonn.. 🙂
    ditunggu Chap 4 nya 😀

Leave a reply to HanJi Cancel reply