BEAUTY & BEAST [CHAPTER 7]

BEAUTY & BEAST 7 POSTER

Title : Beauty & Beast – Chapter 7

Author : Choi Seung Jin / @AureliaCelline

Genre : Fantasy, Historical, Supernatural, OOC

Ranting : General Audience

Leigth : Chaptered

Main Cast :

EXO in English Name

Supporting Cast :

Evanna Lynch as Amelia (OC)

Jessica SNSD as Jessica

Prolog | Chapter 1 | Chapter 2 | Chapter 3 | Chapter 4 | Chapter 5 | Chapter 6

Note :

  • SEMUA MEMBER EXO MEMILIKI UMUR YANG SETARA, YAITU 17 TAHUN!! Buat yang menurut readers gak cocok untuk usia 17 tahun, anggap saja muka mereka itu boros’-‘)
  • Ingatlah English name para member EXO. Karena author akan menggunakan nama itu daripada real name atau stage name mereka.
  • English name para member EXO author dapatkan dari http://ohsehunnie1.com/post/43130943930/exos-english-spanish-and-french-names

****

Annyeong readers^^ Siapa yang udah gak sabar nungguin Chapter 7 ini? Oke deh. Jinnie persembahkan Beauty & Beast Chapter 7 yang khusus dibuat untuk para readers tercinta^-^

Semakin banyak kejutan-kejutan di Chapter ini dan puncak kejutannya ada di Chapter 8. Jadi tetap setia nungguin Beauty & Beast sampai tamat, oke? 😉

Please comment ne^^ Don’t be a silent readers 🙂

Terima kasih untuk yang sudah setiap membaca Beauty & Beast sampai chapter ini^^

Enjoy^3^)

***********

Leo bersama dengan yang lainnya bergegas menuju Ruma Sakit sekolah setelah mendapat kabar bahwa Thomas baru saja diserang oleh seorang vampire. Mereka dibangunkan dari tidur mereka oleh salah satu guru yang mengurus Thomas. Perasaan mereka bercampur antara terkejut, panik dan khawatir.

Thomas mengalami luka yang cukup parah. Mungkin hampir sama parahnya dengan keadaan Leo waktu itu. Tulang lengannya patah. Meski ia sudah sadar, tetapi tetap saja luka yang dialaminya cukup untuk membuatnya tidak bisa beranjak dari ranjang Rumah Sakit. Dia terlihat lemah, terbaring dengan luka memar yang bertebaran ditubuhnya dengan tangan kirinya yang digips. Matanya hanya terbuka sedikit tapi tetap sadar.

Will sudah ada disana lebih awal untuk membuat luka Thomas lebih baik dan tidak terlalu parah. Membuat keadaan Thomas cukup baik untuk bercerita tentang kejadian penyerangan kedua di bulan ini.

Alex menjadi salah satu orang yang paling mengkhawatirkan Thomas. Siapa yang tidak khawatir saat sahabatnya terbaring di Rumah Sakit dan terluka parah karena serangan vampire. Setidaknya dia bisa bernafas lega karena sahabatnya sudah lebih baik meski tangannya harus di gips karena belum menyambung dengan sempurna dan luka-luka lain yang belum sempat disembuhkan Will.

“Kau tak apa? Apa vampire bernama Sulli itu lagi yang menyerangmu?” kata Alex leangsung. Dia memang terlihat sangat mengkhawatirkan kondisi Thomas.

“Aku tak apa. Kali ini aku diserang dengan vampire berbeda,” jawab Thomas pelan. Suaranya terdengar serak menandakan dia masih lemah.

“Maksudmu berbeda, ada vampire lagi selain Sulli?” tanya Stephan begitu antusias. Thomas mengangguk pelan.

“Apa yang terjadi?” tanya Kevin.

“Aku sedang bermain beseball sendirian. Lalu vampire itu datang dan menyerangku. Dia bahkan memanggilku denga sebutan Black Pearl. Tapi dia seperti menyadari sesuatu dan pergi begitu saja,” kata Thomas bercerita singkat tentang kejadian yang ia alami berberapa jam yang lalu.

“Namanya Minho,” kata Pak Jim yang baru saja tiba melewati pintu Rumah Sakit, berpakaian lengkap sementara meski yang lain masih memakai piyama. Terlihat dari raut wajahnya bahwa masalah kini semakin rumit. Jauh dari perkiraanya.

Semua perhatian kini beralih pada Pak Jim yang harus menjelaskan apa yang terjadi pada Thomas.

“Dia adalah leader dari sebuah kelompok kecil yang mengincar kalian. Atau lebih tepatnya mengincar para Mortem. Yang diincar mereka tidak lain adalah kekuatan para Mortem yang begitu besar jika kedua belas kekuatan itu menjadi satu.

“Menurut cerita kejadian malam ini, Minho mengincar salah satu dari kalian yang menjadi target utamanya. Satu dari kelian berdua belas memiliki kekuatan khusus yang bisa membuat Minho menguasai kalian dengan mudah. Kami menyebutnya The Black Pearl,” jelas Pak Jim begitu serius.

Jadi, Thomas adalah The Black Pearl yang diincar vampire itu? Dia yang memiliki kekuatan khusus itu?

“Thomas diserang malam ini karena Minho mengira dialah The Black Pearl,” lanjutnya.

“Mengira?” sela Francis.

“Kukira awalnya juga begitu. Tapi ternyata Minho salah orang. Thomas bukanlah The Black Pearl. Black Pearl adalah Mortem bernama Blackhowl. Tetapi milik Thomas bernama Bathex. Itu artinya dia bukanlah The Black Pearl. Sadar dia telah mengincar orang yang salah, Minho pergi begitu saja. Dia akan datang lagi cepat atau lambat saat dia sudah tahu siapa Black Pearl sebenarnya diantara kalian,” ungkap Pak Jim.

“Jika bukan Thomas, lalu siapa?” gumam Kevin.

****

Edison terlihat menyendiri di kamarnya. Dia sudah selesai membereskan barangnya. Menyiapkan seluruh keperluannya yang ia masukkan kedalam ransel miliknya. Dia meletakkan ranselnya diatas ranjang dengan pedang pemberian Pak Jim di sebelahnya pertanda bahwa persiapannya sudah selesai.

Dia tidak perlu repot-repot menulis surat untuk Kevin karena pasti dia akan tahu kenapa dia melakukan ini dari Leo. Dia sudah bercerita semuanya pada Leo meski temannya itu tidakmengerti apa amaksudnya. Setidaknya dia sudah memberitahu.

Dia harus melakukan ini. Setidaknya tindakkannya ini biasa membuat aman teman-temannya untuk sementara waktu. Dia rasa tidak masalah jika dua belas formasi harus pinjang menjadi sebelas.

Baiklah, aku pergi.

BUZZZZ

****

Amy terlihat sedang duduk berdua bersama Will di taman sekolah, belajar bersama seperti yang biasa mereka lakukan. Siang terasa terik saat matahari berada pada posisi tertingginya. Mespikun sekarang sedang musim semi, tapi bisa dibatah jika hari ini terasa panas.

“Apa Thomas akan baik-baik saja?” tanya Amy.

“Ya. Dia akan baik-baik saja. Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Ada aku, kau ingat? Lanjutkan belajarnya!” kata Will dengan nada bercanda.

“Aku baru-baru ini mendiskusikan sesuatu dengan Pak Jim,” kata Amy.

“Benarkah?”

“Kami mendiskusikan tentang Black Pearl. Kami sempat mengira berberapa nama adalah Black Pearl. Seperti, Kevin, Francis, Leo atau mungkin bahkan kau. Pak Jim mengalami kesulitan tentang pengertian Black Pearl itu sendiri. Dia sendiri tidak tahu maksud dari Black Pearl itu apa,” ujar Amy  menceritakan semua yang ia tahu kepada Will.

Amy dan Will pernah berjanji untuk tidak akan pernah menutupi sesuatu. Diantara mereka tidak boleh ada rahasia sekecil apapun. Sahabat harus selalu saling terbuka, bukan?

“Lalu, kau sendiri tahu maksud dari Black Pearl? Kurasa kau lebih berpengalaman,” kata Will.

“Aku tidak tahu sampai aku betanya pada ayahku. Dia pasti tahu banyak.”

“Kita bisa sarankan Pak Jim untuk bertanya pada ayahmu. Ayahmu sangat ahli dalam bidang seperti ini. Aneh jika dia tidak tahu apa-apa, kan?” kata Will memberi usul.

“Baiklah. Aku akan bicarakan hal itu pada ayahku dan Pak Jim,” kata Amy diiringi senyuman manis yang sangat disukai oleh Will, sahabat dekatnya itu.

Matahari semakin terasa panas saja. Rasa haus karena tenggorakan yang kering mulai mendatangi. Amy tidak ingin menghiraukan rasa hausnya karena dia masih sibuk belajar dengan Will. Besok mereka akan mengahadapi ujian fisika. Jika tidak belajar dengan serius, mereka tidak akan lulus ujian tersebut.

Will merasa ada yang aneh dari Amy. Wajah gadis itu terlihat semakin pucat dengan bibirnya yang kering. Keringat dingin membanjiri wajahnya. Gadis itu terlihat seperti sedang sakit.

“Kau tidak apa-apa?” tanyanya.

Amy mengangguk yakin. “Aku tak apa-apa,” ucap gadis berambut pirang itu.

“Wajahmu pucat. Kau yakin tidak apa-apa?” tanya Will lagi.

Amy yang merasa tidak kuat, meraih botol air mineral yang ada disebelahnya. Meminum seluruh isi botol itu sampai habis. Rasa hausnya membuatnya tidak tahan.

“Aduh. Bagaimana ini? Aku masih haus. Biasanya ini akan berhasil,” keluh Amy yang merasa rasa hausnya tidak kunjung hilang meski ia sudah menghabiskan satu botol air mineral.

“Bagaimana ini, Will? Aku haus,” keluhnya lagi.

“Sudah berapa lama?” tanya Will panik.

“Hampir 5 hari,” jawabnya singkat.

“Kita harus ke rumahmu sekarang!” Will menarik tangan Amy begitu saja untuk berdiri.

“Tapi, kita harus meminta izin dulu pada Pak Jim,” kata Amy.

“Tidak ada waktu,” ucap Will.

Mereka berlari ke arah gerbang sekolah. Tak perduli dengan penjaga sekolah yang pasti akan mencegah mereka keluar melewati gerbang sekolah begitu saja. Namun melihat kondisi Amy yang sudah pucat, dengan mudahnya penjaga gerbang sekolah mengizinkan mereka keluar begitu saja. Karena penjaga gerbang sekolah sudah pernah diberitahukan Pak Jim jika Amy terlihat pucat dan harus keluar sekolah, beliau harus mengizinkannya keluar.

Langkah mereka semakin cepat saat menelusuri jalan aspal menuju desa terdekat dimana Amy tinggal. Namun perjalanan ini akan memakan waktu ketikar 25 menit. Terlalu lama untuk kondisi Amy sekarang. Satu-satu cara adalah melewati jalan pintas dengan memotong ke arah hutan. Itupun masih harus memakan waktu sekitar 15 menit. Itu masih terlalu lama.

Will berhenti mendadak saat dia dan Amy memasuki hutan. “Kita tidak punya banyak waktu,” ucapnya. Dia merubah tubuh atletisnya menjadi seekor serigala raksasa. Berpikir bahwa cara cepat sampai di desa adalah berlari menggunakan tubuh serigala dengan membawa Amy dipunggungnya.

Will menundukan badannya rendah agar Amy bisa dengan mudah naik ke atas punggungnya. Dia membawa gadis itu cepat menuju desa sebelum dia merasakan bagaimana rasanya berubah menjadi makhluk gelap paling buas yang ada di bumi.

****

Siang ini adalah giliran Leo menemani Thomas di Rumah Sakit. selama Thomas di Rumah Sakit, 11 temannya yang lain memutuskan untuk menemi sekaligus menjaga Thomas secara begilir. Hal ini dilakukan agar Thomas tidak merasa sendirian sekaligus berjaga-jaga jika vampire itu akan datang lagi. Dan satu-satunya orang mempelopori kegiatan itu tidak lain dan tidak bukan adalah Alex yang selalu merasa khawatir dengan Thomas.

Kondisi Thomas kini jauh lebih baik daripada kemarin. ‘Terapi’ pengobatan Will membawa dampak baik pada remaja bermata besar itu. Dia sudah bisa bangun dari ranjangnya, bahkan keluar ke halaman sekolah terdekat dari Rumah Sakit meski ia belum secara resmi diizinkan untuk keluar dan kembali bersekolah.

Leo tiba di Rumah Sakit saat ia melihat Thomas ada di luar bermain lempar bola baseball dengan masih mengenakan piyama dan kimono tidur dari balik bingkai besar jendela Rumah Sakit. Thomas memang sudah terlihat sehat dan hal itu membuat Leo senang sebagai seorang teman. Luka memar diwajah Thomas hampir tak terlihat lagi. Tangannya pun sudah tidak di gips seperti kemarin sehingga dia bisa melempar bola sebagus biasanya.

“Kau sudah sembuh rupanya,” ujar Leo, berjalan santai mendekati Thomas.

Thomas berbalik, mendapati salah satu temannya menjenguk. Pagi ini Alex sudah menjenguknya sebagai orang yang mendapat giliran pertama untuk menemaninya. Dia senang karena setidaknya dia tidak harus merasa kesepian karena dirawat sendirian di Rumah Sakit.

“Hi buddy! Kau datang,” kata Thomas tersenyum cerah.

“Bagaimana keadaanmu, teman?” tanya Leo seraya menepuk pelan punggung Thomas. “Never been better. Will sangat menolong,” jawabnya antusias.

“Kau tertinggal banyak pr selama kau di Rumah Sakit. Sebaiknya kau cepat keluar dan mengerjakan pr.” Leo tertawa mengiringi candaan soal pr tersebut. Salah satu cara menakuti teman yang tidak masuk karena sakit adalah dengan memberi bayangan tentang pr yang banyak.

“Aku tahu candaan mu, Leo. Tadi pagi Alex juga bilang seperti tapi ternyata tidak ada pr,” kata Thomas membongkar kebohongan Leo yang diiringi tawa ceria mereka berdua.

Keadaan mulai berubah menjadi sunyi seraya Thomas melanjutkan melempar bola pada dinding batu. Topik pembicaran sepertinya sudah habis. Tapi ada yang ingin Leo bahas untuk menghilangkan rasa penasarannya.

“Thomas, boleh aku tanya sesuatu?” tanya Leo. Saatnya ia memulai ke topik pembicaraan yang ingin ia bahas.

“Come on, Leo. Tidak bisakah kita mulai dengan obrolan biasa. Aku tahu persis apa yang ingin kau tanyakan,” kata Thomas yang berusaha mengalihkan topik yang telah disiapkan Leo.

Leo terkekeh. Dia terlalu terburu-buru untuk mencari informasi tentang Black Pearl yang statusnya masih misterius. Dia berpikir, semakin cepat dia tahu siapa Black Pearl sebenarnya, semakin kecil usaha vampire untuk menangkap Black Pearl  dan teman-temannya yang lain.

“Baiklah. Kau boleh bertanya. Aku tidak ingin kau mati karena penasaran,” ucap Thomas bercanda.

“Oke. Aku ingin tanya. Bagaimana Minho tau kau bukan Black Pearl? Sejak kapa dia menyadarinya?’ tanya Leo penasaran.

“Entahlah. Awalnya aku tida banyak melakukan perlawanan, maka dari itu aku sampai
babak belur. Setelah aku bertranformasi, ku pikir saat itulah dia menyadari bahwa aku bukan Black Pearl. Dia hendak pergi saat aku berusaha menyerangnya. Setelah itu aku tidak ingat apa-apa,” kata Thomas menjelaskan.

“Apa benar-benar saat kau bertranformasi?” Thomas mengangguk cepat tanda yakin. “Hmm.. Apa artinya dia tahu kalau kau bukan Black Pearl karena warna bulumu? Jika iya, wajar jika dia langsung menyadarinya, bukan?”

Thomas mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. Mereka tidak bisa langsung menyimpulkan begitu saja tanpa tahu kebenaran tentang Black Pearl. Apa itu Black Pearl, bagaimana rupanya, apa kekuatannya. Tanpa itu semua, mereka tidak akan tahu apakah analis mereka benar atau salah.

“Sulit rupanya. Petunjuk yang kita punya hanya nama Blackhowl. Bagaimana kita bisa tahu Mortem milik siapa yang bernama Blackhowl?” gumam Leo berpikir.

“Kenapa kau tidak tanya saja?” celetuk Thomas.

“Bertanya?” ulang Leo yang sepertinya mendapat sesuatu.

“Kau ini kan punya kekuatan telepati. Kau bisa tanyakan Mortem mana yang bernama Blackhowl kepada Mortem lain dengan telepati,’” ujar Thomas santai.

“KAU BENAR!” Leo berteriak, membuat Thomas terkejut karena teriakannya itu.

****

Setelah Leo mengatakan bahwa dia tahu bagaimana cara mengetahui siapa siapa Black Pearl, Pak Jim memutuskan untuk mengumpulkan ke-12 Wolf Boys beserta Amy di ruangannya. Setidaknya saat dia tahu siapa Black Pearl sesungguhnya, orang yang bersangkutan ada disana.

Detik-detik menjelang terungkapnya Black Pearl, Mortem special yang menjadi incaran utama para vampire menjadi sangat tegang, membuat ruangan itu hening tanpa ada suara sedikitpun. Leo sudah duduk ditengah-tengah sebagai orang yang mempunyai kunci untuk mengungkap siapa Black Pearl saat semua orang duduk mengelilinginya.

Namun Pak Jim merasa ada yang kurang. “Apa semua sudah ada disini?” tanya Pak Jim.

Murid-murid itu saling menengok ke kanan dan kiri mereka, mencoba menghitung jumlah mereka dan mencari tahu siapa yang belum hadir disana. “Sepertinya sudah,” kata Alex asal menebak.

“Edison mana?” celetuk Stephan.

Semua baru menyadari bahwa Edison tidak ada diantara mereka. Pantas saja jumlah mereka hanya ada 12 termasuk dengan Amy. Tidak ada yang tahu dimana Edison sekarang. Bahkan Kevin yang selalu bersama Edi pun tidak tahu secara pasti dimana anak itu sekarang.

“Ada yang tahu dia dimana?” tanya Pak Jim lagi.

“Tadi dia di kamar kami. Sepertinya dia tertidur,” kata Kevin mengira-ngira.

Pak Jim memutuskan untuk melanjutkan ‘proses’ ini tanpa Edison. Menyuruh Leo untuk memulai caranya mengetahui Mortem mana yang bernama Blackhowl dengan bertanya dengan Mortem miliknya sendiri, Xander.

Namun kali ini Leo tidak akan melakukan telepati antara pikiran dengan pikiran seperti yang pernah ia lakukan sebelumnya. Dia ingin mencoba cara lain; membiarkan Xander menggunakan tubuhnya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang ada didalam Ruang Kepala Sekolah.

Leo membiarkan tubuhnya untuk relaks, menutup kedua matanya untuk berkonsentrasi dalam ketenangan. Masuk ke dalam alam bawah sadar dan biarkan Xander menggantikan jiwanya untuk sementara agar dapat berbicara dan memberikan petunjuk tentang Black Pearl.

Leo membuka matanya kembali cepat. Mata kecoklatannya berubah menjadi merah terang—menandakan bahwa Xander sudah siap untuk menjawab semua pertanyaan yang akan ditanyakan kepadanya dengan Leo yang sekarang jiwanya entah ada dimana sekarang.

“Xander!” panggil Pak Jim mencoba memastikan bahwa dia akan berbicara pada salah satu Mortem yang akan memberinya kunci dari semua pertanyaan yang memenuhi kepalanya.

“Yes, Jim.” Terdengar suara berat dari mulut Leo. Suara yang berbeda dengan suara Leo yang selalu mereka dengar setiap waktu.

“Aku ingin kau bekerjasama dengan kami,” kata Pak Jim dan Xander mendengarkan. “Dan kau tahu ini juga demi kebaikan kau dan teman-temanmu.”

“Give me one reason why I must help you, Old Man,” balas Xander dingin dengan suara beratnya.

“Kau tahu sekarang kau dan teman-temanmu sedang diincar para vampire terutama temanmu yang bernama Blackhowl. Jika kau mau membantu kami untuk mengetahui yang mana dia, kami setidaknya bisa melakukan tindakkan perlindungan kepada Blackhowl, kau, dan teman-temanmu yang lain.” Pak Jim terlihat sangat meyakinkan saat dia memberi alasan kepada Xander. Seharusnya dengan jawaban seperti itu bisa menjadi alasan bagus untuk meyakinkan Mortem itu.

“Kau memang harus melakukannya, Old Man.” Sepertinya alasan Pak Jim berhasil meyakinkan Xander.

“Aku akan memberimu satu petunjuk. Saat kau tidak bisa menebak dengan pentunjuk yang kuberikan, aku akan memberimu petunjuk lain,” kata Xander. “Blackhowl adalah Black Pearl seperti yang kalian tahu. Dia Mortem yang berbeda. Sangat mudah membedakannya dengan kami semua saat kau tahu benar pengertian Black Pearl itu sendiri.”

Pak Jim berpikir, berusaha mencerna maksud dari petunjuk dari Xander. Begitupun yang lain. Sangat mudah membedakannya karena dengan Mortem lain jika mereka tau pengertian dari Black Pearl itu sendiri. Tapi masalahnya mereka tidak Black Pearl itu Mortem yang bagaimana.

“Sepertinya kalian masih tidak tahu rupanya. Baiklah aku akn memberi kalian petunjuk terakhir,” kata Xander.

“Blackhowl adalah Mortem berbulu hitam dengan mata kuning menyala…”

“Tidak mungkin,” sela Kevin yang langsung tahu jawaban dari petunjuk terakhir yang bahkan belum selesai disebutkan.

“Pemilik kekuatan paling berpengaruh dan berbahaya jika jatuh ke tangan orang yang salah,” lanjut Xander.

“Blackhowl adalah Mortem dengan kekuatan Time Control.”

Semua petunjuk mengarah pada satu orang. Sekarang semua menjadi masuk akal. Itulah kenapa dia memiliki bulu yang berbeda dari yang lain. Itu sebabnya kekuatannya tak pernah terlihat.

Edison adalah Black Pearl yang sebenarnya dengan memiliki Mortem bernama Blackhowl, seekor Mortem Time Controler. Dan cepat atau lambat, para vampire itu akan mencari Edison.

****

Lorong sunyi sekolah terdengar gaduh oleh langkah berlari 13 orang yang berlari dalam kepanikan menuju gedung asrama laki-laki. Berlari? Ya mereka berlari, setelah Leo—yang sudah kembali pada tubuhnya setelah digunakan Xander—menceritakan apa yang terjadi berberapa hari yang lalu di Rumah Sakit. Saat Edison mengamanatkannya sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak mengerti maksudnya.

“Kau yakin dia bilang seperti itu?” tanya Kevin memastikan lagi apa yang ia dengar dari mulut Leo.

“Kau kira aku bohong, hah?” balas Leo ketus.

Flashback: ON

Edison terlihat ingin sekali menyampaikan sesuatu Leo, sebagai orang yang ia percaya untuk menyimpan amat yang penting. Sekalipun dia lebih mempercayai Kevin, tapi Leo yang mungkin bisa lebih mengerti kondisinya. Mengingat Leo lebih tahu banyak tentang Mortem ketimbang yang lain. Mungkin.

“Jadi begini..” kata Edison. “Aku punya firasat buruk. Tentang vampire itu. Mereka mengincar kita semua bukan?”

Leo mengangguk pelan. “Aku pun juga begitu. Mereka baru melakukan penyerangan pertama padaku. Aku juga khawatir mereka akan menyerang yang lain,” ujarnya.

“Ada yang lebih ku khawatirkan..” kata Edison menggantungkan kalimatnya, seperti berpikir.

“Kau tidak usah takut akan diserang seperti ku. Kita akan menjaga satu sama—“

“Bukan itu yang ku maksud.” Edison memotong ucapan Leo begitu saja. Berusaha meluruskan apa yang sedang ia bicarakan bukan seperti yang dipikirkan Leo.

“Lalu?”                                                               

Edison terlihat gelisah. Seakan sulit untuk memberi tahu kepada Leo tentang apa yang ia takutkan. Dia berpikir, bagaimana caranya memberitahu Leo tanpa Leo tahu apa yang sedang dialaminya. Bahwa kekuatannya telah muncul dan belum ada yang mengetahuinya.

Edison mulai merasakan kekuatan berberapa waktu lalu saat ia sedang berada di desa dekat sekolah. Kekuatannya muncul begitu saja. Membuat waktu berhenti seketika. Jam berhenti berdetak. Semua orang menjadi diam kaku. Dan semenjak saat itu dia merasa bahwa kekuatannya ini terlalu besar terlebih jika ia menghubungkannya dengan para vampire.

“Begini saja. Jika suatu hari aku pergi, itu artinya kekuatanku sudah muncul. Intinya aku akan pergi jika kekuatanku muncul, oke?”

Flackback: OFF

Keduabelas orang itu tiba didepan pintu kamar no. 12 di lantai 2 gedung asrama laki-laki. Amy menunggu di luar gedung karena dia tidak mungkin masuk ke dalam asrama laki-laki. Sementara itu mereka yang sudah berada didepan pintu kamar Kevin-Edisonberharap-harap cemas. Perasaan mereka bercampur aduk antara cemas, khawatir dan panik.

Saat mereka merasa sudah siap—entah siap untuk apa—,Kevin memutar kenop pintu kayu itu. Berharap perkataan Edison pada Leo saat itu tidak benar-benar akan dilakukannya. Semoga Edison masih ada disana.

Tidak.

Kosong. Kamar itu telah kosong. Tidak ada Edison disana sebagai orang yang mereka cari. Kondisi kamar itu masih terlihat rapih, sama seperti yang diingat Kevin saat dia meninggalkan kamar itu pagi ini. Mungkin yang berubah adalah salah satu ranjang sedikit berantakan dengan tatanan selimut yang kurang rapih seperti sehabis diduduki atau semacamnya. Itu artinya Edison memang ada disana sebelumnya.

“Kemana dia?” gumam Richard bertanya entah pada siapa.

Kevin yang merupakan pemilik kamar itu mulai mencari apapun yang bisa ia jadikan petunjuk dan mengecek lemari yang digunakan dia dan Edi untuk menyimpan baju mereka. Jumlah baju Edison berkurang dan tas favorit Edi tidak ada ditempatnya. Itu artinya…

“Dia sudah pergi,” gumam Kevin, terdiam memandangi ranjang kosong yang biasa dipakai oleh laki-laki berkantung mata besar sahabatnya itu.

Ia sudah pergi. Entah dimana Edison sekarang dan apa alasannya pergi. Atau entah ia aman sekarang dari para vampire atau tidak. Dia pergi tanpa meninggal pesan apapun pada siapapun. Hanya bermodalkan amanat membingungkan yang dimiliki Leo.

“Dia bilang saat Leo masih di Rumah Sakit, dia akan pergi saat kekuatannya sudah muncul. Apa itu artinya dia sudah tahu kalau dia adalah Black Pearl yang sebenarnya bahkan sebelum Minho menyerang Thomas?” ucap Francis yang berhasil menarik sebuah kesimpulan.

To be continue

 

*****

Gimana nih? Makin penasaran ya? Silahkan menunggu chapter selanjutnya haha ><

Please comment ne^^ Kritik, saran, dan komentar Jinnie terima secara terbuka. Readers bebas komen apa aja 😀

Readers yang punya Instagram, jangan lupa follow IG Jinnie ya >< #plakk  *numpang promot* Unamenya @aureliacelline wkwkwk Tapi ini serius loh ‘-‘) Follow ya.. Nanti Jinnie pasti follback 😀

Jinnie gak tahu mau bilang apa lagi. Pokoknya tetap setia baca Beauty& Beast sampai habis yaaaaaaaaaaaaaa^-^ See you on next chapter, dear readers mooaaahhh/?

14 thoughts on “BEAUTY & BEAST [CHAPTER 7]

  1. Ahhhh… Seung Jin eonni….!!!!! Eonni paling bisa deh bikin aku penasaran.
    Ternyata tebakan lamaku bener….
    Ternyata emang bener Edison a.k.a Tao Blackpearl-nya.
    Padahal di Chap sebelumnya, aku ngerasa sok tau krn percaya diri banget Blackpearl-nya Tao.
    Tapi ternyata bener Edisonlah orangnya : )

  2. Oh, ternyata piala Thomas (?) bukan Black Pearl dan ternyata Edison lah yg BlackHowl …
    Okai okai, virus penasaran mulai menyebar (?) 😀 …
    Next Chap~ 🙂 🙂 🙂

Leave a reply to Nathasya_ratana Cancel reply