[FREELANCE] (un)Perfect Husband (Chapter 1)

PhotoGrid_1390385481520

Title : (un)Perfect Husband

 

Author : Kris’s Anae (@nanda_arisma)

 

Main Cast :

 

• Huang Zi Tao (EXO)

 

• Oh Se Hun (EXO)

 

• Kwon Yuri (SNSD)

 

• Im Yoona (SNSD)

 

Support Cast :

 

• Kim Jong Dae (EXO)

 

• Choi Siwon (Super Junior)

 

• Krystal Jung (F(x))

 

• Kwon Parents (OC)

 

• Huang Parents (OC)

 

Length : Chaptered

 

Genre : Little bromance, romance, sad, little hurt, AU, school life, marriage life, family, etc.

 

Rating : PG-17

 

Disclaimer : I’m not owner of the casts (except OC), typo’s everywhere, cerita membingungkan, alur pasaran.

 

 

 

 

 

Say ‘NO’ to Siders and Plagiator

 

Happy Reading ^^

 

 

 

 

 

Seorang Kwon Yuri tak pernah menyangka jika dia akan menikah di usia 18 tahun, terlebih lagi dia menikah dengan seorang gay yang sudah sangat diketahui identitasnya oleh hampir seluruh siswa di sekolah tempatnya menuntut ilmu. Dia tidak menyangka bahwa orang tuanya mempunyai niat buruk di balik kepulangannya – secara paksa – dari New York, kediamannya sebelum Seoul. Tiga bulan sudah cukup bagi Yuri untuk mengetahui bagaimana seluk beluk sekolahnya dan juga siswa-siswa disana, tidak mencengangkan karena dialah anak donatur terbesar sekolah itu. Sekarang, dia berdiri di altar tepat di depan pendeta dan di samping namja China yang sedang mengucapkan sumpahnya dengan raut tegas dan dingin yang sangat kentara. Yuri bertanya-tanya dalam hati, apa benar ia seorang gay? Dia tidak terlihat seperti itu sama sekali menurutnya.

 

“Ya, saya bersedia.” Suaranya yang khas dan aksen Koreanya yang aneh menjawab pertanyaan pendeta di depan mereka, ia melirik sekilas mempelai wanitanya yang sedari tadi tidak berhenti mencengkeram lengan tuxedonya saat pendeta mengucapkan sumpah dan pertanyaan yang sama dengan namja itu pada dirinya.

 

“Ya, saya bersedia.” Raut cemas dan takut itu tak terlihat sama sekali, Yuri menjawab dengan tegas tanpa ragu.

 

“Baiklah, silahkan mencium pasangan kalian sebagai tanda cinta.” Kedua orang itu saling menghadap, keduanya adalah orang yang pandai bersandiwara, melakukan hal seperti ini bukanlah hal yang menyulitkan.

 

“Saat kau kehabisan nafas, dorong saja dadaku.” Tao – mempelai namja – berbisik sesaat sebelum ciuman itu terjadi, mereka berdua terpejam. Tangan Tao mencengkeram pelan bahu Yuri dan mengumpat dalam hati, ia berjanji setelah ini akan langsung menemui kekasihnya dan memohon maafnya sekalipun harus berlutut. Sedangkan Yuri sempat melirik sosok namja di bangku gereja yang sedang memasang raut dingin menyeramkannya sebelum ikut terpejam bersama Tao. Tatapan menusuk namja itu mengganggunya, membuat rasa sesak itu menyeruak dari dadanya dan memaksa hidungnya untuk memasok oksigen yang lebih dari biasanya. Tao masih belum berhenti, bahkan saat tepuk tangan dan sorakan sudah terdengar dan dirinya sudah mulai kehabisan oksigen. Yuri mendorongnya pelan dan menatapnya datar.

 

“Kau ingin membunuhku, Mr.Huang?” Tanya Yuri sarkatis.

 

“Ya, tapi sayangnya aku terlalu cool untuk menjadi duda di usia muda.” Tao menyeringai puas, Yuri memasang raut muka paling menyebalkan yang dia miliki.

 

“Kau dan kekasihmu sama saja, sama-sama mau membunuhku dengan cara yang tidak wajar.” Tao reflek menoleh saat Yuri dengan santainya menyebut kata kekasih yang sangat sensitive di telinganya.

 

“Diam kau! Tutup mulut kecilmu itu!” Tao mendesis lemah namun tajam. Dia bisa saja membentak istrinya ini jika saja orang tua mereka tidak sedang berjalan ke arah mereka dan tersenyum bahagia pada keduanya.

 

“Akhirnya, mommy tidak usah bingung lagi memikirkan masa depanmu, nak. Kau pasti akan bahagia dan tenang jika yang menjadi suamimu adalah Tao, mommy yakin.” Senyum wanita paruh baya itu begitu menggemaskan, eye smilenya masih terlihat cantik meskipun usianya tak lagi muda.

 

‘Apa kau tau, mom? Menantumu adalah seorang gay. Apa kau rela menyerahkan anakmu kepadanya jika kau tau yang sebenarnya?’ Yuri tersenyum, senyum yang terkesan dipaksakan. Dalam hatinya, ia masih terus bergumam dan berargumen.

 

“Tentu saja, Mrs.Kwon. Anak ini ku pastikan tidak akan mengecewakan anak anda, karena jika itu terjadi aku sendiri yang akan turun tangan nantinya.” Tao tersenyum tipis, ada sedikit rasa kecewa saat dia mengingat bahwa ayahnya tak pernah tau keadaan anaknya sendiri seperti apa.

 

Geureom, Arraseo-yo. Ya sudah, mari kita menyambut kolega-kolega kita yang lain. Biarkan pengantin muda ini menyambut tamu pribadi mereka yang sudah mengantri panjang di belakang kita.” Mr.Kwon angkat bicara dan mendapat anggukan setuju dari Mr.Huang.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D*mn! Sh*t! Pintu ini dikunci dari luar, babbo! Apa kau tak punya kunci cadangan?! Seharusnya kau punya! Ini kamarmu.” Tao memukul dengan brutal dinding di samping pintu itu, frame photo yang menampakkan wajah Yuri dan Siwon – sepupunya – sampai bergoyang sedikit karenanya.

 

Shut up ur fucking mouth! Kau pikir disini hutan atau apa?! Ini rumah, babbo! Dan aku tidak punya kunci cadangan, aku baru tiga bulan menempati kamar ini asal kau tau!” Yuri menghempaskan tubuhnya di ranjang king size miliknya, dia sudah tau apa yang akan dilakukan Tao setelah ia berhasil keluar dari kamar ini. Menemui Oh Se Hun, kekasihnya.

 

Mitchigesseo! Aku akan membunuhmu setelah kita bercerai!” Yuri yang dimaki seperti itu hanya merotasikan bola matanya dan mulai merangkak naik ke ranjangnya, menurutnya Tao hanya sedang terpengaruh oleh emosi sesaat.

 

“Terserah kau saja. Apa kau tidak lelah setelah berdiri seharian? Kakiku saja serasa mau terlepas dari sendinya.” Yuri kembali menjadi dingin. Tao memang aneh, dia adalah gay.

 

“Kau berusaha menggodaku dengan memakai pakaian seperti itu? Aku tidak tertarik.” Tao melihat Yuri dari atas sampai bawah dengan pandangan meremehkan.

 

“Tentu saja kau tidak tertarik, Sehun bahkan lebih menggoda bagimu.” Yuri membuka selimut yang tadi sudah ia lilitkan ke tubuhnya yang hanya ditutupi kemeja Tao yang kebesaran dan hot pantsnya yang memperlihatkan kaki jenjangnya dengan sempurna. Tao mendengus, yeoja ini sudah tau segalanya tentang dirinya dan kekasihnya, bahkan yeoja ini pernah memergokinya saat dia sedang berciuman dengan Sehun di ruangan dance.

 

“Kau tidak usah merasa risih, aku ingin mengetahui tentang kau lebih banyak dari yang sekarang ku ketahui.” Tao mendelik saat Yuri dengan berani menyeretnya ke tempat tidur dan mendudukkannya, dia memutari ranjang lalu ikut duduk menyandar pada kepala ranjang di sebelah Tao.

 

Mwoya?” Yuri memandang datar pada Tao yang berlagak bodoh di saat seperti ini.

 

“Kau gay sejak kecil?” Tao ingin sekali menoyor kepala istrinya ini, sefrontal inikah gaya bicaranya pada semua orang?

 

“Kau penasaran sekali, apa ini penting bagimu?” Yuri mendengus kasar, namja ini benar-benar mengujinya.

 

“Tentu saja penting, aku istrimu. Tugasku adalah mengubahmu, mengandung anak darimu, dan mencegahmu menceraikanku. Tentu saja aku tak akan melakukan yang terakhir, aku tak mungkin selamanya bersuamikan seorang gay sepertimu. Setelah anak itu lahir, aku akan menyerahkannya pada keluargamu, dan kita berakhir.” Itulah tiga tugas yang orang tua Yuri katakan saat malam terakhir masa lajangnya.

 

“Kau gila. Aku tidak tahu, aku merasa tertarik dengan Sehun sejak berumur 15 tahun. Kau tidak ingin berlama-lama menunggu kan? Mari kita membuat bayi saat ini juga.” Tao melirik Yuri yang masih tidak menunjukkan perubahan pada raut wajahnya.

 

“Berapa bulan lagi kita akan lulus?” Tao menghitung sebentar sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan itu.

 

“Empat bulan lagi, itu cukup untuk menyembunyikan perutmu yang membesar nantinya.” Yuri mengangguk faham, dia menoleh pada Tao yang sedang menatap lurus-lurus langit-langit kamarnya.

 

Let’s do it, ku harap kau cukup jantan. Aku tidak ingin melakukan ini sering-sering denganmu.” Tao menoleh, dia menyelami iris coklat milik Yuri dan mencari keraguan disana. Namun nihil, hanya sorot keyakinan yang ia temukan.

 

“Kau yakin? Bagaimana jika dalam waktu sembilan bulan ini aku masih tetap menjadi gay?” Yuri tersenyum licik.

 

“Kurangi intensitas pertemuanmu dengan Sehun, aku tau kelainanmu bisa disembuhkan. Aku akan meminta bantuan psikiater juga, aku tentu tak bisa jika melakukannya sendiri.” Tao mendelik, mengurangi pertemuannya dengan Sehun sama saja dengan membunuhnya perlahan-lahan.

 

“Aku tidak bisa, jika hanya pergi ke psikiater aku mau.”

 

“Terserah kau saja. Ada satu lagi yang ingin kutanyakan, apa kau sudah pernah melakukan sesuatu yang lebih intim dari sekedar berciuman dengan kekasihmu itu?”

 

Tao menghela nafas kasar sejenak sebelum menjawab pertanyaan istrinya. “Ya, terkadang. Bisa satu kali dalam satu minggu jika sesuatu di dalam tubuhku sedang naik.”

 

“Hmmm, arraseo.” Yuri terlihat mengerutkan keningnya sejenak, sebelum akhirnya dia membuka kancing kemeja Tao yang ia kenakan satu demi satu. Tao mulai merasa aneh, seperti saat jika ia akan melakukan ini dengan Sehun.

 

“Ayo, lakukanlah. Ku harap kau berhati-hati, orang mengatakan bahwa itu akan sedikit sakit.” Tao melirik Yuri lagi, yeoja itu sudah duduk manis di sebelahnya dan tinggal memakai tank top merahnya beserta hot pants hitamnya tadi.

 

“Tidak. Tidurlah, anggap saja kita tidak pernah membicarakan hal itu.” Tao menatap datar ke arah Yuri, yeoja itu ingin sekali menendang Tao saat ini juga. Oh, ayolah.. Kau pasti akan merasa rendah jika berada di posisi Yuri seperti sekarang ini.

 

“Kau gila.” ‘klik’

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pagi yang cukup cerah di musim dingin kali ini, Sehun membuka matanya perlahan dan mencari benda kesayangannya, i-phone. Ia berdecak sebal saat membaca pesan dari kekasih terlarangnya, Tao. Semua pesan yang berjumlah 13 pesan itu berisi permintaan maaf, bahkan missed call pun tak terhitung jumlahnya. Sehun melempar i-phone itu ke ranjangnya dan berjalan menuju kamar mandinya, ia akan menghabisi Tao di sekolah nanti.

 

 

 

 

Kriiiiiiing

 

 

 

Bel itu berbunyi tepat saat seorang yeoja dengan motor besarnya memasuki gerbang salah satu sekolah paling bergengsi di Seoul, Korean Foreign High School. Tak akan ada yang mengira bahwa ia seorang yeoja, dia tidak mungkin memakai rok seragamnya saat mengendarai motor seperti itu, bukan? Dia berlari secepat mungkin setelah memarkirkan motor putihnya, mencari letak toilet yang mendadak ia lupakan karena di pikirannya hanya ada wajah murka Park seonsaengnim saat mengetahui bahwa dirinya terlambat masuk kelas barang sedetik saja. Tanpa sadar karena terlampau lega, ia salah masuk dalam toilet khusus namja yang saat itu sedang sepi.

 

“Ya! Idiot! Kenapa kau ada disini? Kau tidak lihat ini toilet khusus yeoja, eoh?!” Namja itu – Oh Se Hun – memutar bola matanya malas.

 

“Kau yang idiot. Matamu minus atau rabun?” Yeoja itu mendelik kesal.

 

Ya! Yakin sekali kau! Matamu yang rabun!” Iris rusa yeoja itu berkilat-kilat emosi, seakan-akan ingin menelan Sehun bulat-bulat.

 

“Hei, ada apa ini? Eh, Im Yoona?!” Tao baru saja keluar dari salah satu ruangan di toilet itu, ia terkejut begitu melihat yeoja yang sedang berdebat dengan Sehun, yeoja yang pernah mengalahkannya dalam adu basket perorangan.

 

M-mwo? K-kalian? Aigoo!” Yoona menepuk pelan kening indahnya, ia menunduk malu setelah melihat ada Tao juga di ruangan itu. Tao, namja yang diam-diam dikagumi olehnya.

 

“Sekarang siapa yang idiot, huh?” Sehun tersenyum meremehkan seraya menarik Tao keluar dari toilet.

 

“H-hei, sebaiknya kau segera berganti rok. Park seonsaengnim tidak akan suka kau datang terlambat, toilet yeoja ada disana.” Tao sedikit berteriak di akhir kalimatnya karena Sehun terus menariknya menjauh.

 

Ne, gomawo.” Yoona menutup wajahnya dan segera mencari letak toilet khusus yeoja. “Im Yoona, kau memang babbo!”

 

 

 

 

 

 

 

 

Arraseo.” Yuri menutup sambungan itu secara sepihak, dia sudah tau bahwa setelah ini intensitas pertemuannya dengan Tao akan semakin sering karena mereka akan tinggal bersama.

 

“Kau kenapa Yul? Apa di hari pertamaku sekolah kau harus murung?” Yuri menghela nafas kasar, dia memeluk namja yang sudah menjadi sahabatnya sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama ini dan terisak pelan.

 

“Aku sangat senang kau pindah, Chen. Aku pasti akan stres sekarang jika tidak ada kau, kau selalu ada saat aku susah.” Chen atau yang bernama asli Kim Jong Dae itu tersenyum. Ia pindah ke Korea bukan tanpa alasan, ada dua faktor besar yang sama-sama kuat baginya.

 

“Apa? Kau akan tinggal berdua dengan namja itu?” Ada nada tidak rela terdengar dari suaranya, Yuri terlalu tidak peka untuk menyadari itu.

 

“Ne, tugasku adalah membuat dia jatuh cinta padaku dan tidak menjadi gay lagi. Aku tau ini berat, tapi orang tuaku berhutang budi banyak pada keluarganya.” Yuri menyeka air matanya yang keluar sedikit, ia teringat bahwa ia akan menanyakan sebab kepindahan Chen yang terkesan tiba-tiba itu.

 

“Ya sudah, itu tak usah dibahas lagi. Oh iya, apa yang membuatmu pindah secara mendadak dari New York? Bahkan kau tidak mengabariku dulu.” Chen mengalihkan pandangannya ke arah jendela kantin dan meminum soft drinknya. Mungkin ia tidak akan pernah punya cukup nyali untuk mengatakan alasan keduanya pada Yuri, tapi untuk alasan pertama dan ketiga cukup masuk akal sepertinya.

 

“Kau ingat Krystal? Dia masih menyimpan barang-barang dari mantan kekasihnya dan photonya dengan orang itu. Akhir-akhir ini dia bahkan jarang menemuiku, aku kecewa dengannya dan ku pikir aku bisa membuat dia meyakinkan perasaannya terlebih dahulu. Aku ingin tahu dia lebih memilih siapa, mantan kekasihnya bersekolah disini. Dia mungkin akan menyusulku kesini dan itu akan membuat mereka bertemu lagi, aku ingin tau dia lebih memilih siapa jika ia tau mantan kekasihnya itu masih belum mendapatkan penggantinya.” Chen menerawang ke depan. Dia memang mencintai Yuri, tapi dia juga amat sangat menyayangi Krystal dan takut kehilangannya di waktu yang bersamaan.

 

“Krystal? Bukankah kalian sudah berpacaran lebih dari 3 tahun?” Yuri mengernyit, apa waktu selama itu masih belum cukup untuk memastikan perasaan seseorang?

 

Yes, but time isn’t something that can decide a feeling, a feeling which make you confuse like love.”

 

Yeah, you are right. Hei, kau bilang mantan kekasihnya itu bersekolah disini? Siapa dia?” Yuri mendadak memasang raut penasarannya, siapakah namja yang begitu membekas di ingatan yeoja secantik dan seanggun Krystal?

 

“Kau akan segera tau saat Krystal datang. Itu pun kalau dia masih mengaharapkanku kembali bersamanya ke New York.” Yuri tersenyum, dia tahu Krystal menyayangi Chen, dia yakin cepat atau lambat yeoja itu akan datang.

 

“Aku tau perasaan yeoja, Chen. Dia pasti datang cepat atau lambat.” Chen tersenyum mengerti lalu mengacak pelan rambut hitam kelam milik Yuri.

 

Ne, arraseo My Docin. Hei, kau mengecat rambut pirangmu?” Chen baru menyadari sesuatu setelah kurang lebih 15 menit duduk berhadapan dengan Yuri.

 

Ne, kau baru menyadarinya? Dasar, babbo! Di Korea, yeoja berambut selain warna gelap itu mempunyai kesan yang kurang baik. Entahlah, sepupuku mengatakan sebaiknya aku mengecat rambutku.” Chen mengangguk faham lalu menghabiskan soft drinknya dalam sekali teguk.

 

“Tapi itu bagus, menurutku kau lebih cocok dengan warna ini. Kau juga terlihat semakin gemuk ya? Lihatlah, pipimu semakin cubby saja.” Yuri mengaduh kesakitan saat Chen tiba-tiba mencubit pipinya hingga membekas kemerahan.

 

“Ya! Kim Jong Dae! Awas kau!” Yuri berteriak murka saat Chen melarikan diri setelah menyiksa pipi cubbynya itu. Tanpa sadar, ternyata sedari tadi Tao menatap mereka dengan tatapannya yang sulit diartikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sehun dan Tao sedang duduk menyandar di cermin besar ruangan dance, keduanya memegang botol minum masing-masing dan terlihat mengatur nafasnya yang terputus-putus karena terlalu lelah berlatih sejak seperempat jam yang lalu. Sehun melirik Tao yang hari ini lebih diam dari biasanya, apa mungkin dia masih memikirkan pernikahannya yang menurut Sehun konyol itu?

 

Tao-er, wae? Kau tidak mau minta maaf padaku? Seingatku kita sedang bertengkar hebat kemarin.” Sehun bertanya tanpa mengalihkan pandangannya, sungguh khas Sehun saat sedang marah.

 

Geureom, Mianhae-yo.. Aku tau kemarin seharusnya aku tidak menciumnya seperti itu. Sungguh, aku hanya tidak ingin kecurigaan orang tuaku semakin menjadi.” Tao menutup wajahnya dengan tangan dan mengusapnya kasar, entah mengapa wajah Yuri saat tertidur pagi tadi berputar-putar di kepalanya terus menerus.

 

“Huh. Kau pasti memikirkan banyak hal, bukan hanya itu. Siapa yeoja di toilet tadi? Sepertinya dia menyukaimu, kau juga mengenalnya.” Tao melirik Sehun yang juga sedang meliriknya, ia menghembuskan nafas kasar sebelum menjawabnya.

 

“Dia Im Yoona, yeoja paling unik di sekolah ini. Aku mengenalnya karena aku sempat mendengar teriakannya di kelas beberapa waktu lalu, dia berteriak keluar jendela dan berkata lirih bahwa dia menyukaiku. Aku sudah lama tau tentang dia, dulu dia sempat mengalahkanku saat beradu basket satu lawan satu.” Sehun mendengus, rivalnya bertambah satu lagi pikirnya.

 

“Dia yeoja idiot, bukan unik.” Tao tersenyum.

“Kau sudah memaafkanku kan, Hunnie?” Sehun terdiam seketika, dia tidak menjawab pertanyaan Tao dan lebih memilih pergi dari ruangan itu.

 

“Ya, kau sudah memaafkanku.” Tao bergumam sendiri dan menyusul Sehun yang sudah berada jauh di depannya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Siapa namja yang bersamamu tadi?” Tao membuka percakapan diantara mereka setelah sekian lama mereka berdiam sejak mobil itu melaju.

 

Nugu-ya? Maksudmu Chen?” Yuri mengalihkan pandangan dari gadgetnya dan berpikir sejenak.

 

Molla, aku tadi melihatmu di kantin bersama dia.” Yuri hanya mengangguk lalu fokus kembali pada gadgetnya.

 

“Dia Chen, Kim Jong Dae lebih tepatnya. Temanku sewaktu di New York. Wae?” Tao tergelak. Dia juga tidak tahu mengapa dia menanyakan hal itu.

 

A-aniyo, eobseo.” Nada bicara Tao mendadak berubah, Yuri hanya tersenyum mendengarnya.

Wae? Kau menyukainya?” Yuri mencibir dan memandang Tao remeh.

 

Ya! Babbo!” Tao menepikan mobilnya segera dan menatap tajam Yuri yang sedari tadi tidak berhenti tertawa.

 

“Diam atau kau turun disini!” Tao mendesis tajam, membuat Yuri terperanjat.

 

M-mwo?! Aigoo! Jangan marah ne? Aku hanya bercanda, jangan marah..” Yuri menggoyang-goyangkan lengan Tao namun Tao tetap tidak merubah raut wajahnya.

 

“Keluar!” Yuri menyeringai licik.

 

“Mungkin ini akan meluluhkan hatimu.”

 

 

CUP

 

 

Sedetik kemudian Yuri sudah mencium pipi Tao dan sukses membuat Tao semakin murka.

 

“Kwon Yuri! Aku akan menghabisimu!” Tao mencengkeram setir mobilnya sampai buku-buku jarinya memutih, dia seperti bom atom yang siap meledak kapan saja.

 

“Ups! So sorry.. It’s not my fault, itu reflek.” Yuri memasang tampang tak berdosanya setelah mencium Tao, Tao keluar dari mobil itu dan membuka pintu di sebelah Yuri.

 

“Keluar! Aku tidak sudi satu mobil lagi denganmu! Besok ku pastikan kau dan aku akan tinggal terpisah!” Yuri menatap Tao dengan pandangan tidak percaya, ia terpikirkan seseorang yang bisa meredam emosi Tao, mommynya. Yuri masih tidak bergeming di kursinya dan mengambil smartphonenya.

 

Yeoboseyo? Mommy?” Tao melotot tidak percaya, ingin sekali dia menenggelamkan Yuri di sungai Han yang berada tepat di bawah mereka. Apa yang dia lakukan sungguh gila, dia menelepon mommynya, orang yang paling disegani Tao. Gigi Tao bergemelutuk menahan geram, dirampasnya smartphone Yuri seketika itu juga.

 

Wae-yo, Yul?’ Suara Mrs.Kwon terdengar cemas, Tao mendesah frustasi sebelum menjawab pertanyaan itu.

 

Eobseo-yo eommonim, Yuri hanya ingin memberitahu bahwa dia sudah bersamaku menuju apartemen baru kita. Eommonim tenang saja, aku akan menjaganya.” Tao memijit keningnya perlahan dan memejamkan matanya, dia mendadak merasa pening.

 

Eoh? Ya sudah, jangan sering-sering bertengkar. Eomma matikan ne? Annyeong..’

 

Ne eommonim, annyeong.” Tao menghela nafas lega, dia menatap tajam ke arah Yuri yang sudah tersenyum menyebalkan padanya.

 

“Aku akan menjadi gila dalam waktu yang singkat jika terus menerus bersamamu.” Tao melempar smartphone itu ke arah Yuri lalu menutup pintu mobilnya dengan brutal.

 

Let’s see.”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mungkin setiap orang akan mengira dia sosok suami sempurna, tapi bagiku tidak. setiap hari pertengkaran sengit menghiasi, caci maki sudah sangat lazim di antara kami. Huang Zi Tao, Ur my (Un)perfect husband.

 

Yuri masih saja betah berlama-lama berdiri di depan cermin besar kamarnya, suara gemericik air dari dalam kamar mandi masih terus terdengar. Dia dan Tao baru saja mengubah dekorasi apartemen yang sudah ditata sedemikian rupa oleh orang tua mereka, wajar saja jika Tao masih betah berada dalam guyuran shower kamar mandi itu. Yuri sendiri sedang memikirkan hidupnya, semua peristiwa yang terjadi di antara dia dan Tao. Dia berkenalan secara resmi dengan Tao satu minggu yang lalu dan melakukan dinner yang – hanya terlihat – romantis satu hari setelahnya, esok harinya dia menghabiskan paginya untuk mengutuk dan menghujat Tao habis-habisan karena meninggalkannya saat dinner malam itu. Siang harinya dia harus menelan kenyataan bahwa Tao memanglah seorang gay seperti dugaannya bulat-bulat, dia melihat kejadian itu dengan jelas dan terlalu nyata, matanya tak mungkin salah menangkap objek pandang. Mereka mencoba gaun dan tuxedo mereka dua hari setelah hari itu, Yuri tidak cukup bodoh untuk memutuskan pergi hanya berdua – lagi – dengan Tao, sepupunya selalu siap membukakan pintu mobilnya saat Yuri keluar dari tempatnya waktu itu dalam keadaan ditinggalkan calon suaminya. Tiga hari setelah itu dia menikah dengan namja gay ini, dia memang bertekad kuat untuk mengubah penyimpangan yang dialaminya. Yuri tahu itu sama saja dengan membuang-buang waktu, itu tak berguna. Oh ayolah, penyimpangan seperti itu kebanyakan sudah melekat kuat pada orangnya, tidak semudah yang dia kira. Tao bukanlah gay yang cengeng, dia dan Sehun termasuk dalam siswa-siswa di sekolahnya yang terkenal angkuh dan dingin. Kepalanya keras dan pendapatnya sulit ditentang, menjadi istrinya sama saja dengan menyiksa diri sendiri perlahan-lahan dan akhirnya hancur dengan sendirinya. Semua kejadian-kejadian itu hanya terjadi dalam satu minggu, dan hari ini tepat dua hari setelah pernikahan itu Tao dengan enteng mengatakan bahwa mereka akan segera berpisah. Suara kenop pintu yang terbuka membuyarkan lamunan-lamunan liarnya, sosok tinggi Tao keluar dan melewati Yuri begitu saja menuju lemari pakaian yang berada tepat di samping Yuri.

 

“Kau ingin makan apa? Kita tidak punya bahan makanan apapun, kita harus belanja.” Yuri memandangi pantulan dirinya di cermin dan mencoba mengikat rambutnya yang terlalu panjang.

 

Delivery saja.” Tao memakai t-shirt biru langitnya lalu duduk bersandar pada kepala ranjang.

 

“Bisa tolong kau mengikatkan ini lagi? Ini terlalu panjang, sulit bagiku.” Yuri melihat Tao yang hanya meliriknya sekilas dan mendengus sebal.

 

“Lakukan saja sendiri.”

 

“Kita suami istri, apa salahnya saling membantu?!” Yuri mulai terpancing emosinya, tangannya sudah mengepal kuat.

 

“Salah, karena kau dan aku tidak pernah menginginkan status itu!” Tao meninggikan nada suaranya, dia tidak suka dibentak seperti itu.

 

“Ya. Kau benar, Huang Zi Tao! Kita memang tidak pernah menginginkan ini! Mungkin memang benar, menikah dengan seorang gay sepertimu hanya akan membuatku menderita!” Yuri membuang ikat rambut yang ia pegang tepat ke arah Tao lalu beranjak pergi dengan emosi yang tak terkendali.

 

 

BRAKK

 

 

Tao memejamkan matanya, ucapan Yuri berhasil membuat dadanya sesak dan telinganya sakit. Yuri memang orang baru baginya, tapi kata-katanya begitu tajam dan membekas. Ia tak pernah berniat memperlakukan Yuri seperti itu, tapi Tao juga butuh waktu untuk menerima Yuri yang asing baginya. Oh ayolah, siapa orang yang mau dilahirkan dalam keadaan gay seperti Tao? Tidak mungkin ada. Suara debuman pintu kembali terdengar menandakan ada pintu lain yang Yuri tutup dengan brutal,  mereka sudah dua kali bertengkar dalam dua jam terakhir dan kali kedua lebih parah dari pertama. Tao kesal, dia berteriak meluapkan emosinya.

 

“Kwon Yuri! Kau membuatku gila!”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

“Jhonny?! Awas!!”

 

Suara teriakan Siwon menggema di sisi jalanan pinggir taman kota itu, anjing jenis Samoyednya berada tepat di tengah jalan dan sebuah motor sedang melaju kencang menuju ke arahnya. Motor itu mengerem dengan tiba-tiba hingga terdengar suara decitan dari bannya yang bergesekan terlalu keras dengan aspal, motor itu oleng dan akhirnya sang pengendara terpental. Siwon mengambil Samoyednya lalu menghampiri pengendara itu, dia mencoba melihat siapa yang ada di balik helm putih milik sang pengendara.

 

“Oh god! Im Yoona?! Omona! Bagaimana ini?! Ah!! Yuri pasti bisa membantuku!” Secepat kilat Siwon merogoh sakunya dan menekan layar ponselnya beberapa kali.

 

Yeoboseyo? Yul! Help me, please! Now! It’s Emergency!” Yuri yang kaget di seberang sana hanya mengernyit memikirkan bantuan apa yang Siwon maksudkan saat ini.

 

Wae?’

 

“Cepat datanglah kesini! Aku sedang di jalanan sebelah kiri taman kota.”

 

Ne, tunggu sebentar.’

 

Siwon terus saja meremas tangannya yang dingin. Untung saja sekarang sudah cukup larut, dia tidak usah khawatir akan dikerumuni massa di jam selarut itu. Tapi tetap saja, dia merasa sangat ceroboh dan bodoh saat tadi dia dengan mudahnya melepas anjing jenis Samoyednya yang suka berpetualang itu hingga ia harus tertinggal jauh dan akhirnya menemukannya sudah berada tepat di tengah jalanan kota. Dan sekarang, hoobae yang sudah lama didekati Siwon malah tergelatak karena ulah cerobohnya. Kalau sudah seperti ini semakin kecil kemungkinan Siwon untuk mendapatkannya, pikir Siwon frustasi seraya berusaha melepas helmnya dari kepalanya.

 

Wae-yo? What’s going on?!” Taxi yang berhenti tak jauh dari tempat Siwon duduk memunculkan Yuri yang seketika panik saat melihat yeoja yang tergeletak di depan Siwon.

 

“Bantu aku membawanya ke rumah, aku akan memanggil dokter keluarga. Ceritanya panjang, untung saja kau sedang tidak membawa mobil. Kau bawa motornya, ikuti aku sampai ke rumah. Tunggulah dia sebentar, aku akan mengambil mobilku. Come on, Jhon!” Yuri hanya bisa menatap Siwon dengan bingung dan melihat keadaan yeoja yang ternyata adalah Im Yoona, teman sepermainannya dalam balap liar yang biasanya dia ikuti saat malam hari.

 

“Aigoo! Yoong! Ck! Apa yang sudah dilakukan namja ceroboh itu padamu, eoh? Dia sepertinya benar-benar sudah terobsesi padamu.” Yuri menggumam sendiri dan mencoba membangunkan Im Yoona, dengan susah payah akhirnya ia berhasil berdiri dan memapah Yoona di sampingnya.

 

 

 

 

 

TBC

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Annyeong readers.. ^^

Saya author yg masih newbie, maaf kalau ff.ny jelek ato apa yaa.. Nama.ny juga pemula. *ngeles*

Ayo, aku ngeliat respon readers dulu, kalo nggk ada yg comment ya ff ini brhenti aja sampai disini..

Oh iya, makasih bgt buat admin yg udah mau ngepost ff abal ini.. 🙂

Don’t forget to leave a comment! *bow*

28 thoughts on “[FREELANCE] (un)Perfect Husband (Chapter 1)

  1. sorry nih, thorr aku mau tanya koq next chap nggak di lanjutin sih? kan keren! aku udah lama nunggu tapi next chapnya belum ada. so aku tunggu next chapnya, abis aku penasaran banget..

    • Iya chingu, ff ini nggk bakal berhenti disini kq.. Tenang aja. Aku emang belum sempet posting next chap, masih sibuk banget. ^^
      Mian ne, makasih udh mau nungguin tiap hari.. ^^ Do’ain aja urusan aku cpet selesai ya ^^

  2. thorr, kapan next chapnya di publis?, aku udah nggak sabar nunggu kelanjutannya, so pliase next chapnya cepetan yah thorr. soal aku udah lama nunggu, aku selalu setiap loh nunggu next chapnya abis aku penasaran bangat. aku haran ff tao oppa nggak berhenti sampai disini yah

Leave a reply to isty novianty Cancel reply