[FREELANCE] Intuition (Chapter 3)

Intuition

Title : Intuition

Author : @ghinaga

Cast :

Luhan (Exo-M)

Lee So Hee (OC) / You

Suho / Kim Joon Myeon (Exo-K)

Oh Sehun (Exo-K)

Ji Yeon (T-Ara)

Se Na (OC)

Lee So Hyun (OC)

Genre : Sad, Romance, Friendship

Length : Multi-Chapter

Rating : Teen

A/N : author kembali !!!! #jengjeng mianhae, kelamaan yah ? haha, author lagi sibuk liburan soalnya (?) okay, so let’s check it ! but, please NO BASHING ! buat yang ga suka menjauh saja. Buat yang suka, author… *bagi-bagi bibir exo (?) kecuali kris* *ditabok exostan* Okay, happy reading guys ! \(^O^)/

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Tak terasa 1 tahun telah berlalu sejak perpisahanku dengan So Hee. Semua benar-benar berubah, sangat berubah. Semua jalan untuk berhubungan dengan So Hee seolah tertutup untukku. Seperti kabut yang menyelimuti gunung.

Tiap kali kutanya pada eomma tentang So Hee, ia akan diam atau mengalihkan pembicaraan.

 

Sepertinya eomma menyembunyikan sesuatu dariku.

Pernah terpikir olehku untuk datang ke rumahnya dan menjelaskan semua ini, tapi ternyata So Hee sekeluarga sudah pindah entah kemana.

 

Benar-benar buntu.

Hatiku telah tertutup. Entah mengapa, aku tak bisa melupakan So Hee dan membuka hatiku untuk yeoja lain. Tiap kali aku mencoba menjalin hubungan dengan seorang yeoja, aku akan merasa hambar atau aku akan teringat So Hee. Sebagaimanapun aku berusaha melupakan So Hee, tetap saja aku tak bisa. Sudah terikat. Seperti kecanduan.

Tidak bisa lepas. Walau sekarang aku hanya bisa diam.

Sampai saat ini aku masih menunggu. Seperti So Hee yang selalu menungguku di tempat ini. Seorang diri menunggu sesuatu yang tak pasti, apa akan datang atau tidak. Seperti itulah aku sekarang.

 

Menunggu tanpa tahu apakah yang kutunggu itu akan muncul atau tidak.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

2 tahun..

Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Aku sudah menyelesaikan kuliahku di MIT dan mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi. Kini, aku bekerja disebuah perusahaan yang bergerak dibidang elektronik.

Tak ada perubahan yang begitu drastis dalam diriku.

Aku masih menunggunya.

Menunggu So Hee ditempat yang sama seperti dulu.

Saat aku merindukannya, aku akan datang ketempat ini. Ternyata berlama-lama di Hangang Park tak semembosankan yang kukira. Aku jadi lebih mengerti apa maksud perkataan So Hee selama ini.

 

Melepas semua beban dan menikmati apa yang ada.

Tapi, ada yang berbeda di tahun kedua aku menunggu So Hee. Kini aku benar-benar sendiri. Kedua orang tuaku, mereka meninggal dalam kecelakan pesawat.

Sungguh tragis memang, disaat aku mendapatkan kenaikan jabatan dan mereka sedang dalam perjalanan kembali ke Korea untuk merayakan kenaikan jabatanku itu, mereka justru meninggal karena pesawat yang mereka tumpangi jatuh.

 

Aku semakin terpuruk.

Aku tak memiliki tempat atau seseorang untuk bersandar. Masih sama seperti dulu, aku tak bisa membuka hatiku untuk yeoja lain selain So Hee.

 

Apa ini rasa bersalah atau cinta ?

 

Aku sendiri tak tahu.

Tapi, satu hal yang kutahu, aku benar-benar membutuhkannya, aku membutuhkan So Hee sekarang.

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Aku terus memacu mobilku. Sahabatku yang juga lulusan MIT, Oh Sehun mengajakku bertemu. Kami berencana bertemu di Coffee Lab café didaerah Hongdae.

Kudorong pintu café itu, segera kuedarkan mataku mencari Sehun. Kutemukan ia sedang melambai kearahku dari meja dipojok café. Tak perlu basa-basi aku segera menghampirinya, menarik kursi dihadapannya dan duduk manis sambil menunggu seorang pelayan datang dan mencatat pesananku.

“sudah lama, ya ?” kata Sehun membuka pembicaraan. Nada bicaranya dari dulu sampai sekarang tak berubah, santai dan tenang. Begitu bersahabat.

“iya. Bagaimana keadaanmu ?”

“ayolah, Luhan.. jangan seformal itu !” ia segera mencondongkan tubuhnya kearahku, lalu menopang dagunya dengan tangannya diatas meja.

Seorang pelayan datang, ia memberikan buku menu padaku. Aku pun memesan kopi yang paling pas untukku saat ini, caramel macchiato. Pelayan itu pun pergi setelah mencatat pesanku, Sehun pun kembali melanjutkan pembicaraan.

“hah~ sepertinya tak ada yang berubah. Kau masih menunggu yeoja itu, ya ?” tanya Sehun padaku, sedikit bercanda.

Aku memang menceritakan tentang kisah cintaku dan So Hee padanya, tapi Sehun sendiri tak pernah melihat atau berkenalan dengan So Hee. Terasa aneh memang kalau Sehun tidak mengenal So Hee, padahal dia adalah sahabatku. Walau begitu, dia selalu mengerti diriku. Tapi, jangan berpikir yang aneh-aneh dulu dengan hubungan kami. Dia hanya sekedar sahabatku yang dapat memahami jalan pikiranku. Ya, bisa dibilang..kami itu hampir sama.

“ya.. begitulah. Kau sendiri ? sudah ada yang mengisinya ?”

Sehun tersenyum tipis, itu memang gayanya. “sebenarnya..sudah ada.”

“wah, kau ini ! memang tak ada duanya ! dari dulu sampai sekarang masih sama. Dengan mudahnya bisa mendapatkan yeoja..”

“hei, dengar dulu !”

“?”

“aku memang sudah menemukan sosok yeoja itu.. tapi, aku masih belum tahu apa dia menyukaiku atau tidak..”

Aku sedikit terkejut mendengar jawaban Sehun. Mana mungkin ada yeoja yang menolaknya ? dalam sejarah pertemanan kami dan tentunya sepengetahuanku, Sehun selalu mendapatkan yeoja yang ia inginkan dan tak pernah ada penolakkan.

“apa dia orang Amerika ?”

Sehun menggeleng pelan. “dia orang Korea.”

“wah, sejak kapan seleramu berubah ? sewaktu kita kuliah, kau kan selalu bicara tentang tipe idealmu yang bukan orang Korea..”

“tentu sejak aku mengenal dia..” Sehun menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Seorang pelayan datang ke meja kami, ia mengantarkan pesananku.

“siapa, sih yeoja itu ? seperti apa dia ? aku jadi penasaran..”

“dia itu..sempurna. Kau masih ingat ‘kan, tipe ideal wanitaku sewaktu kita di MIT ?”

“bagaimana aku tak ingat ? tipe idealmu itu sama denganku, hanya yang membedakannya kau menginginkan wanita dari luar korea..”

“hehe, ya..kira-kira begitulah dia.”

“apa dia cantik ?”

Sehun mengangguk. “dia ramah, lemah lembut, hangat, mudah bergaul, selalu membuat orang-orang disekitarnya nyaman,  selalu memperhatikan orang-orang disekelilingnya, mandiri, dan terkadang dia juga bisa bersikap manja.”

“hei, bagaimana dengan yeoja yang suka memasak ? itu kriteria utama, kan ??”

“ah, iya. Kudengar dia juga pandai memasak.”

“?”

“ah, aku yakin. Dulu pasti dia pandai memasak..”

“apa maksud mu ? apa sekarang dia tidak pernah memasak lagi ?”

“..dia itu, buta.”

Aku tersentak kaget. Yeoja itu buta ?

“hei, jangan terkejut seperti itu !” seru Sehun padaku.

“ah, maaf-maaf. Habis, aku terkejut saja.. bagaimana kau bisa mengenal dia ??”

“dia sahabat Se Na.”

“sahabat adikmu ?”

Sehun mengangguk pelan. Aku menyandarkan tubuhku seperti Sehun. Suasana jadi agak kaku karena kisah yeoja itu.

“o, ya. Sekarang kau kerja dimana ?” tanyaku memecah suasana.

“Cheongwadae.”

“kau bekerja untuk Negara ? kukira kau akan—”

“ah, iya !” seru Sehun, sepertinya ia mengingat sesuatu. “aku menceritakan dirimu pada atasanku di Cheongwadae. Dia tertarik padamu. Apa kau mau bekerja disana ?”

“aisshh, jadi niatmu bertemu denganku disini karena permintaan atasanmu ??!”

“hehe, begitulah~” jawab Sehun sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. Sikapnya tak berubah, masih seperti dulu, bebas seperti anak-anak.

“tapi, kalau kau tak mau juga tak apa, sih. Lagipula aku tidak begitu membutuhkan kenaikan gaji.” Lanjutnya bermaksud bercanda.

“sekarang aku bekerja di perusahaan elektronik. Tapi, tawaranmu itu akan ku pertimbangkan lagi..”

“baiklah. Hei, aku bercanda soal bertemu denganmu disini karena atasanku..”

“hah~ kalau pun memang karena atasanmu juga tidak apa, kok.. aku bisa memahaminya.”

“hehe.. o, ya apa kau mau bertemu dengan yeoja itu ?”

“kau serius ?”

“tentu saja ! Aku dan dia sudah cukup akrab. Lagipula kau ini kan sahabatku. Masa tidak kukenalkan pada calon istriku itu ? haha.”

“huh, kepercayaan dirimu itu terlalu tinggi. Memangnya yeoja itu mau apa menjadi istrimu ? belum tahu saja dia, kelakuanmu yang asli seperti apa.”

“ya, kita lihat saja nanti..”

Kami saling memandang dengan tatapan aneh. Tawa pun pecah diantara kami. Ya, sewaktu kami di Cambridge kami juga begini. Bercanda, bersenang-senang, tertawa bersama, kami begitu bebas.

Aku senang bisa bertemu lagi dengan Sehun. Setidaknya aku tidak merasa kesepian lagi.

Aku kembali memiliki teman.

 

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Aku menghempaskan tubuhku di kasur king size milikku. Rumah ini jadi terasa begitu luas. Padahal dulu tak seluas ini..

Kini aku tinggal sendirian, saat aku bekerja beberapa pembantu akan datang untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, seperti membereskan rumah, mencuci pakaian, dan merawat halaman rumahku. Untuk makan sehari-hari, aku tak mau ambil pusing, biasanya sebelum aku pulang ke rumah aku akan mengisi perutku di restoran-restoran dengan rasa masakan yang lezat.

 

Dan hal itu telah membuatku lupa, bagaimana rasa masakan rumah.

Setelah mengganti pakaianku menjadi lebih santai, aku pun keluar dari kamar lalu menuruni tangga menuju ruang tengah yang terhubung dengan halaman.

Aku melihat sekelilingku. Rasanya benar-benar sepi. Terkadang aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana bisa aku tinggal dirumah sebesar ini seorang diri ?

Kesepian.

Itulah perasaan yang selama ini membelengguku.

Aku sempat berpikir untuk menikah saja agar aku tak hidup sendirian seperti ini. Tapi, aku tak tega dengan yeoja yang nantinya menjadi istriku. Itu artinya aku akan hidup dengan orang yang tak kucintai dan yeoja itu juga tak akan mendapatkan cintaku.

Bukankah itu namanya menyiksa ?

Diusiaku yang sekarang, harusnya aku sudah memiliki seorang kekasih yang nantinya akan menjadi nyonya dalam keluargaku, ibu dari anak-anakku. Tapi, kenyataannya tidak.

Sampai saat ini aku masih menunggu yeoja itu. So Hee.

Aku masih memandang kosong kearah halaman rumahku yang dihiasi sebuah kolam renang yang terbilang cukup mewah, serta sebuah ayunan yang kadang berayun ketika tertiup angin.

 

Kenapa bisa sesepi ini ? dulu tak seperti ini.

Kini penyesalan dalam hidupku kembali muncul, saat-saat dimana aku tak memanfaatkan waktuku dengan baik. Bukannya menghabiskan waktu bersama keluarga, malah bersenang-senang dengan teman-teman yang tak jelas. Bukannya berbakti pada orang tua, malah menghambur-hamburkan uang. Bukannya mencintai yeoja yang jelas-jelas sosok yang selama ini kucari, malah bersikap dingin dan menyia-nyiakannya begitu saja.

 

Hatiku penuh dengan penyesalan..

Kulirik ponselku yang tergeletak di sofa table. Ternyata ada sebuah pesan singkat yang baru saja masuk kedalam inboxku. Segera kuraih ponsel ku itu, dan melihat isi pesan singkatnya.

Temui aku besok sore di café tempat kita bertemu kemarin. Akan ku tepati janjiku untuk mengenalkan yeoja itu padamu.. Jangan sampai kau tidak datang, kau akan menyesal ! :-p

Aku tersenyum simpul. Jadi, Sehun serius dengan yeoja itu ?? aku jadi semakin penasaran. Seperti apa rupa dan sifat yeoja yang telah membuat sahabatku itu tergila-gila ? apa mungkin aku juga akan tertarik pada yeoja itu ?

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Luhan sedang bersiap. Ia mengenakan kaus hitam yang dipadukan dengan kemeja yang semua kancingnya dibuka. Ia tampak seperti bad boy, ah tidak, mungkin lebih manly.

Luhan memarkirkan Audi R8 miliknya, lalu segera turun dan memasuki café yang terletak didaerah Hongdae itu.

Sosok yang tak asing lagi baginya, tengah melambaikan tangan kearahnya. Luhan pun segera menghampiri namja itu.

“belum datang ?” tanya Luhan lalu duduk dikursi yang kosong.

Sehun hanya menggeleng. Melihat respon sahabatnya yang begitu misterius membuat Luhan semakin penasaran dengan sosok yeoja itu.

Sekitar 15 menit mereka menunggu. Dan selama itu juga Luhan telah menghabiskan setengah cangkir cappuccino pesannya. Sehun tampak sabar menunggu yeoja itu.

Merasa tak ada yang bisa dibicarakan ketika Sehun mulai menampakkan wajah seriusnya, Luhan memilih untuk berselancar di dunia internet. Ia menekan tombol lock pada smartphonenya, lalu menyentuh layar tepat pada icon twitter.

Luhan mulai larut dalam kehidupannya didunia maya. Hingga akhirnya tiga orang yeoja datang ke meja mereka.

Sehun tersenyum melihat kedatangan 3 yeoja yang tampak sebaya itu. Dua orang dari mereka menuntun satu orang yang berada ditengah. Ya, memang benar. Diantara mereka bertiga, yeoja yang dituntun itulah yang paling cantik.

Menyadari kedatangan yeoja-yeoja itu, Luhan segera mengangkat kepalanya dari layar ponselnya itu. Mendadak matanya membulat, hatinya bergetar, rasa rindu selama ini musnah sudah saat Luhan melihat yeoja yang dituntun itu. So Hee !

Ji Yeon menyadari kalau namja yang ada bersama Sehun adalah Luhan, sosok yang 2 tahun lalu dia temui ditengah hujan karena permohonan So Hee.

Dengan segera Ji Yeon memberikan isyarat agar Luhan tidak bicara dan Sehun tidak memperkenalkan Luhan pada So Hee. Sebagai orang yang tak tahu menahu apa yang terjadi, Sehun hanya mengikuti perkataan Ji Yeon tanpa banyak bicara. Mereka pun duduk dimeja yang sama.

Ji Yeon terus melayangkan tatapan tajam pada Luhan yang terus memandangi So Hee dengan dalam. Se Na sendiri hanya bisa mengikuti perkataan Ji Yeon dan Sehun ia masih tak mengerti apa yang terjadi.

“Sehun-oppa, mana sahabatmu yang mau kau kenalkan itu ??” tanya So Hee dengan lembut. Seketika senyuman segera terlukis diwajah Sehun.

Sehun memandang Ji Yeon seolah mencari jawaban apa yang harus ia berikan pada So Hee. Sehun mengerti apa yang Ji Yeon maksud.

“ah, sepertinya dia tak bisa datang..” jawab Sehun agak ragu.

Mendengar jawaban Sehun, Luhan segera memandang Sehun seolah terkejut, namun seketika luntur. Sepertinya ia menyadari posisinya dan situasi yang sedang terjadi saat ini. Tapi, tatapan Luhan segera berpindah ketika So Hee kembali bicara.

“wah, sayang sekali. Padahal aku juga ingin mengenal sahabat oppa itu. Apa dia memiliki sifat yang sama dengan oppa ? pasti sangat menyenangkan.”

Semua terdiam. Jawaban So Hee begitu polos dan tulus. Rasa bersalah seolah membelenggu mereka. Membohongi gadis polos dan baik hati seperti So Hee. Itu tindakan yang buruk !

“Sehun-oppa.. bagaimana kalau kau, Se Na, dan So Hee jalan-jalan disekitar sini ??” usul Ji Yeon memecah suasana.

Sehun dan Se Na segera menatap dengan penuh tanda tanya pada Ji Yeon. namun, Ji Yeon segera memberi sinyal agar mereka mengiyakan.

Sehun, So Hee, serta Se Na pun akhirnya pergi meninggalkan café tanpa Ji Yeon. lalu, apa yang dilakukan Luhan ? Ji Yeon menahannya untuk bicara.

Kini Luhan dan Ji Yeon duduk berhadapan. Sedari tadi Ji Yeon terus-menerus memandang Luhan dengan tajam.

“apa yang kau lakukan disini ? sudah kubilang, kan ?! jangan temui So Hee lagi !” kata Ji Yeon sambil melipat tangannya di dada. Tatapan tajam tak pernah ia lepaskan dari Luhan.

“aku tak sengaja bertemu dengannya. Aku tak tahu, kalau kalian—”

“sudahlah.. sekarang jangan temui So Hee lagi ! itu hanya akan membuatnya merasakan sakit yang lebih parah !”

“aku tak pernah bermaksud untuk—”

Ji Yeon bangkit dari kursinya, “jangan ganggu So Hee lagi. Itu saja sudah cukup ! Sekarang hidupnya lebih baik dibandingkan saat ia masih berhubungan denganmu !”

Ji Yeon pun pergi. Tak ada tanggapan dari Luhan. Pikirannya begitu kacau..

~oOo~

I.N.T.U.I.T.I.O.N

~oOo~

Hari ini adalah jadwal pemeriksaan So Hee. Tentu aku begitu bersemangat. Begitupula adikku Joon Hee, ia begitu menyukai So Hee. Aku juga bingung mengapa Joon Hee bisa menyukai So Hee padahal sebelumnya ia sulit untuk bergaul, tapi dengan So Hee.. semua berbeda.

“Joon Myeon-euisa..” panggil seorang perawat yang menyembulkan kepalanya dipintu padaku.

Aku segera mengalihkan pandanganku dari tumpukan data medis yang sedang kuperiksa.

“So Hee-ssi sudah menunggu..” lanjutnya.

Aku mengangguk pelan. Aku segera meraih stetoskopku seiring dengan perginya perawat itu. Aku sedikit merapikan jas dokterku itu, lalu segera beranjak menuju ruang periksa.

Aku terus berjalan dengan senyuman yang menghiasi wajahku. Kubuka pintu ruang periksa. Kulihat disana seorang yeoja yang mengenakan outwear berwarna pink soft sedang duduk manis ditemani adikku.

“oh, oppa sudah datang ?” kata Joon Hee yang masih tersenyum sambil melihat kearahku. Sepertinya ia sangat merindukan So Hee yang sudah lama tak datang kemari.

“bagaimana keadaanmu So Hee-ssi ?” tanyaku pada yeoja beroutwear pink soft itu.

“baik.. bagaimana denganmu ?” jawabnya. Aku selalu menyukai suaranya. Seperti kapas yang lembut.

Aku pun menarik kursi yang ada dibalik meja, membawanya mendekat ke sofa yang diduduki So Hee dan Joon Hee.

“apa adikku mengganggumu ?” tanyaku sambil menyiapkan sebuah senter kecil. Hah~ itu candaan yang sangat aneh Joon Myeon !

“haha, tidak.”

Kulihat Joon Hee mengrenyitkan dahinya padaku. Lalu, ia kembali mengalihkan pandangannya pada So Hee sambil tersenyum.

Aku pun mulai memeriksa keadaan mata So Hee. Ya, aku ini seorang dokter spesialis mata.

“oppa, apa belum ada donor mata yang cocok untuk So Hee-eonni ?”

Aku meletakan senter kecil itu. Aku menundukkan kepalaku karena hingga sekarang belum ada donor mata yang cocok untuk So Hee.

“ah, begitu, yah ?” sepertinya Joon Hee mengerti maksud sikapku.

“eonni, nanti kalau eonni bisa melihat lagi, eonni harus melihat wajah kakakku, ya ? dia sangat tampan, lho !” kata Joon Hee memecah suasana.

“hei, Joon Hee !” selaku. Sepertinya pipiku memerah.

Kulihat So Hee tersenyum. Senyumannya memang manis, dan sangat ampuh membuat hatiku bergetar. “suatu saat, mungkin aku akan melihat wajah Joon Myeon-euisa.”

“aissh, jangan panggil aku begitu. Seperti biasa saja, panggil aku Suho.” Kataku dengan lembut.

Joon Hee menyipitkan matanya padaku, sepertinya ia tahu perasaanku pada So Hee selama ini.

“eonni, pokoknya nanti kau harus lihat wajah tampan kakakku itu. Dia itu benar-benar sempurna, lho ! dokter muda yang berbakat, punya wajah tampan, baik hati, perhatian, dan pastinya kalau eonni menikah dengan oppa-ku itu, eonni akan mendapatkan bonus seorang yeodongsaeng imut seperti aku..”

 

 

 

To be continued..

 

 

A/N : So, bagaimana readers sekalian ? author lega banget, chapter ini udah keluar soalnya ini konflik utamanya.. hehhee. Jadi, yang udah baca silakan berkomentar dan buat yang jatuh cinta sama FF ini silakan di like ya ? ^^ see you next chapter guys !

10 thoughts on “[FREELANCE] Intuition (Chapter 3)

  1. WHAT WHAT WHAT? waaaah kok jadi sangat tak terduga gini ya ching, heheh. segitunya ya So Hee ngejauhin Luhan. trus.. namanya So Hee ttp So Hee kan? loh harusnya Sehun kaget dong nama cewe yg dia suka sama kaya yg Luhan suka juga. waaaa trus itu knp si So Hee buta? T___T
    ortunya Luhan meninggal pula! ckck kasian bgt Lulu >//<
    next chapter sangat ditunggu! apalagi ada tokoh baru nih si Suho, kkk. gilaaa banyak bgt ya yg suka ama So Hee, ngiri deh, hahah

    • Sesuatu terjadi sama so hee makanya dia buta.. Sebenernya kalo diperhatiin di chapter 1 luhan udh ngomong soal kenapa so hee sering ngomong soal takut ga bisa liat ini atau liat itu.. Haha
      Thanks for your comment >< see u next chapter ! ^^

Leave a reply to Anggita Ratri Pusporini Cancel reply